Selasa, 13 Agustus 2013

1.      Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Kebudayaan juga dapat diartikan sebagai serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya

2.      Pengertian Budi Pekerti
Dari aspek etimologi, budi pekerti terdiri dari dua kata, yaitu budi dan pekerti. Kata budi berarti nalar, pikiran, watak. Sedangkan pekerti berarti watak, tabiat dan akhlak. Jadi kata budi pekerti berarti tingkah laku, perangai, akhlak dan watak.
Dalam bahasa sansekerta, kata budi berasal dari kata akar buddh, yaitu kata kerja yang berarti sadar, bangun, bangkit ( kejiwaan ). Budi adalah penyadar, pembangun, dan pembangkit. Meskipun budi dan pekerti dapat dibedakan, namun tidak mungkin dipisahkan.
Senada dengan pengertian tersebut, menurut asal kata budi pekerti, yakni budi berasal dari bahasa sansekerta dari akar kata budh artinya sadar. Budi berarti kesadaran. Kata pekerti dari kata dasar kerti berarti perbuatan. Kata dasar ini berasar dari akar kata kr berarti membuat. Jadi budi pekerti berarti kesadaran perbuatan atau tingkah laku seseorang. Kedua unsur ini mempunyai pertalian erat. Maksudnya budi terdapat pada batin manusia, sifatnya tak kasat mata, tidak kelihatan. Budi seseorang baru tampak apabila seseorang telah melakukan sesuatu ke dalam bentuk pekerti.
Dari makna tersebut dapat diungkapkan bahwa budi pekerti adalah watak atau perbuatan seseorang sebagai perwujudan hasil pemikiran. Budi adalah alat batin yang merupakan perpaduan perpaduan akal, keinginan, dan perasaan untuk menimbang hal baik dan hal buruk. Pekerti merupaakan pencerminan batin. Dengan demikian dapat dinyatakan budi pekerti itu merupakan sikap dan perilaku yang dilandasi oleh kegiatan berpikir atau olah batin. Tentu saja yang dimaksud adalah proses berpikir yang sehat sehingga menghasilkan budi pekerti yang baik.

3.      Pengaruh Budaya Barat Terhadap Budaya Dan Budi Pekerti Masyarakat Jawa
Berkembangnya budaya yang lebih maju di wilayah Nusantara tidak terlepas dari runrutan sejarah sejak bangsa-bangsa Eropa singgah ke wilayah Asia Tenggara. Meskipun dialog budaya antara masyarakat pribumi dengan kebudayaan barat itu bersifat sepihak, pancaran yang terus menerus selama beberapa abad dari kebudayaan barat tersebut, lambat laun dapat diserap juga oleh masyarakat pribumi.
Secara lebih umum, hadirnya kebudayaan modern tersebut dapat diamati dari dua aspek yaitu  kebudayaan modern masyarakat barat dan kebudayaan modern masyarakat pribumi. Aspek pertama yaitu kebudayaan modern masyarakat barat yang terbawa dengan hadirnya masyarakat kolonial Belanda, yang mengakibatkan keberadaan kebudayaan modern yang berkembang di kerajaan Belanda dapat pula dijumpai di wilayah Hindia Belanda terutama kegiatan industri, penggunaan mesin uap, dan organisasi kerja yang lebih sistematis. Kedua, kebudayaan modern masyarakat pribumi yang gejalanya baru tampak di awal abad ke-20, dengaan tumbuhnya pola berpikir modern pada sekelompok orang terpelajar.
Budaya barat yang mulai timbul di Indonesia dicerminkan melalui bangunan yang didirikan oleh penjajah pada saat itu. Mereka mendirikan bangunan yang modelnya engadopsi bentuk-bentuk gedung di barat. Pada saat itu badaya asing yang masuk tidak begitu mempengaruhi budaya masyarakat pribumi dan sekitarnya yang masih hidup secara tradisional.  Namun, ketika para raja jawa, khususnya Raja Mataram memakai jaket orang Belanda dan memakai topi beludru, banyak abdi dalem yang mengikutinya.
 Bentuk kebudayaan barat yang mulai muncul pada jaman dahulu dapat dilihat secara kasat mata , yang berarti perubahan yang berarti dan signifikan adalah perubahan fisik. Hal tersebut dapat dilihat dari cara berpakaian, bentuk bangunan yang didirikan serta pendidikan modern.  Dari hal yang sekecil itulah budaya asli Indonesia perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat pribumi. Kebiasaan tersebut bukannya malah hilang, namun malah semakin berkembang tentunya secara negatif seiring berjalannya waktu.
Dari perubahan fisik lalu perlahan juga merubah pribadi masyarakat Indonesia. Masyaraka Indonesia, khususnya orang Jawa  kini mulai memasuki modernisasi. Orang Jawa sekarang telah terpengaruh nilai-nilai budaya barat yang telah merusak nilai-nilai budaya tradisi ketimuran atau Jawa yang ada. Hal ini ditandai oleh berbagai perubahan besar-besaran terhadap poros dan akar budaya Jawa. Sikap hidup Jawa yang merupakan wajah esensial budaya Jawa, kini sedang larut ke dalam zaman yang disebut zaman edan, yang antara lain bercirikan keteraturan terganggu, keadilan menipis, ekonomi sulit, dan tata nilai yang saling berbenturan.
Arus globalisasi, tuntutan era komunikasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata besar pengaruhnya terhadap sikap, cara hidup, dan pola pikir manusi. Rekayasa budaya besar-besaran lambat laun juga menjadi pil pahit terhadap sendi-sendi budi pekerti bangsa. Sekat-skat budi pekerti yang kaya akan aroma nilai-nilai budaya Jawa luhur, kian pudar karena sentuhan-sentuhan kemanusiaan antar bangsa. Akibatnya tidak dapat dipungkiri bahwa orang Jawa sekarang bisa disebut tidak njaweni lagi. Contoh kecil dan dapat dibuktikan secara langsung, tidak semua orang Jawa bisa berbicara menggunakan bahasa jawa, malu jika berbicara menggunakan bahasa jawa dengan aksen medoknya merasa semua itu kuno.
Perilaku negatif juga bermunculan seiring berjalannya waktu. Misalnya murid-murid sudah berani membantah gurunya, munculnya kekerasan dalam dunia pendidikan yaitu tawuran, anak sudah mulai berani membantah orang tua, cara berpakaian yang tidak mencerminkan budaya bangsa, sampai sex bebas yang sekarang ini bukan merupakan hal tabu lagi untuk diperbincangkan. Dapat dilihat bahwa Indonesia, di Jawa khususnya telah terjadi penurunan nilai budaya serta budi pekerti.
Dalam budaya barat seorang anak diberikan kebebasan untuk berbicara pada orang tua tanpa battas, sebenarnya itu hal yang bagus namun masyarakat cenderung mengambil segi negatifnya yaitu seorang anak diperbolehkan berbicara keras, menggunakan tekanan kepada orang tua.  Cara berpakaian orang Jawa saat ini mengikuti cara berpakaian masyarakat barat. Misalnya menggunakan paian yang sangat terbuka yang dapat mengundang hawa nafsu bagi lawan jenis. Dengan alasan fasion mereka tidak peduli, padahal yang mereka kenakan setiap hari dapat mengundang tindak kriminalitas. Sex atau berhubungan intip tanpa ikatan perkawinan merupakan hal yang biasa di masyarakat barat. Kebiasaan buruk tersebut tumbuh dan berkembang juga dalam masyarakat Jawa. Akibat dari sex bebas tersebut padahal sangat serius, misalnya dapat terjangkit penyakit kelamin dan dapat terjadi hamil di luar nikah. Dari situ terlihat bahwa etika dan tatakrama dalam pergaulan masakini sudah tidak diacuhkan lagi. Pergeseran budaya yang terjadi telah menimbulkan kemerosotan moral dan budi pekerti yang sangat menyimpang dari budaya asli.
4.      Cara Mengatasi Pengaruh Budaya Barat Terhadap Budaya dan Budi Pekerti Jawa
Pengaruh budaya barat terhadap budaya asli Jawa semakin terlihat. Dominasi budaya barat yang dianggap keren terutama oleh anak muda menyebabkan krisis moralitas semakin bertambah parah juga. Dampak-dampak yang timbul mengharuskan kita sebagai bagian dari masyarakat untuk mengatasinya.
Mengatasi masalah pergeseran budaya dan budi pekerti dapat dilakukan dengan tindakan pencegahan terutama bagi anak-anak. Peran keluarga sangat dibutuhkan dalam perkembangan anak-anak. Keluarga merupakan tempat ideal untuk menanankan nilai budi pekerti. Dalam keluarga seorang anak  akan meniru tindakan orang-orang di rumah, terutama tindakan orang tuanya.
Untuk menjaga agar kehidupan keluarga selalu menjaga keluhuran budi, ada beberapa hal yang harus dijalankan :
·         Tetepa ngesthi dhawuh, lugua ing panindak ( Konsistenlah menjalankan perintah Tuhan, tanpa pamrih dalam berperilaku)
·         Wani ngalah luhur wekasane ( berani mengalah luhur akhirnya)
·         Ing wusana lampah kula manut kasaning darma, seneng, pareng, amargi suwung ajrih, suwung pamrih, angudi kaluhuranipun budi Jawi (pada akhirnya laku saya mengikuti kehendak darma, senang, diijinkan Tuhan, karena kosong takut, kosong pamrih, belajar meningkatkan keluhuran budi Jawa)
Cara bergaul orang tua juga merupakan contoh bagi anaknya. Dalam budaya Jawa dikenal ungkapan banyu iku mili mudhun yang artinya bahwa budi pekerti rang tua dapat ditiru oleh anak keturunannya. Jika hubungan kedua orang tua tidak dapat menunjukkan hak dan kewajiban masing-masing secara berimbang, anak-anak pun akan menirunya.
Keluarga merupakan tempat yang sangat baik untuk menanamkan nilai-nilai mulia. Untuk mengatasi dampak dari pergeseran budaya dan juga sebagai tindakan pencegahan, orang tua bisa mulai mengajarkan budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang harus ditanamkan pada setiap orang diantaranya adalah

§  Menanamkan kerukunan hidup
Prinsip hidup rukun sebenarnya terdorong oleh ungkapan tradisional yaitu crah gawe bubrah rukun agawe santosa berarti bahwa pertengkaran akan membuat kerusakan dan rukun akan membuat persatuan semakin kuat.


§  Menanamkan prinsip hormat
Menghormati kedua orang tua adalah hal paling utama untuk dilakukan. Kemudian harus menghormati pula orang lain di luar keluarga. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah menuju keselarasan sosial.


§  Penanaman watak arif dan jujur
Orang yang arif bijaksana akan selalu menggunakan pertimbangan masak.
Kejujuran termasuk nilai moral yang tinggi. Dijelaskan bahwa watak dora memetengi ati artinya watak tidak jujur akan membuat hati gelap.


§  Menanamkan sikap Striya Pinandhita
Satriya pinandhita akan merasa maluatau takut bila melakukan tindakan yang jelek. Mereka tidak hanya malu dengan sesama hidup tetapi juga malu kepada Tuhan dan dirinya sendiri.

§  Membentuk watak eling
Ungkapan tradisional Pangeran iku ora sare terkandung pesan bahwa manusia harus selalu ingan kepada Tuhan. Hidupnya selalu diawasi oleh Tuhan sehingga harus berbuat baik.


Masih banyak nilai-nilai budi pekerti Jawa yang harus ditamankan sejak dini. Setiap nilai mengandung arti yang tinggi dan mulia yang dapat digunakan sebagai tameng pribadi terhadap budaya baru yang masuk ke Indonesia. Jika masyarakat Jawa memiliki tameng yang kuat maka nilai-nilai tradisional Jawa akan terjaga kelestariannya.

0 komentar:

Posting Komentar