Selasa, 13 Agustus 2013

Mencari pengakuan adalah salah satu konsideransi yang dianggap representatif bagi suatu bangsa yang di saat menghadapi isu global.  Termasuk juga dalam aspek bentuk tindakannya yaitu globalisasi. Jargon ini tidak ubahnya karena terjadi sulitnya memaksakan indoktrinasi ideologi dari antar bangsa yang biasanya tersegmentasi hubungan antara Barat –Timur yang lebih berbau politis atau dengan penggantinya Utara – Selatan yang meskipun dianggap netral politik tetapi berunjuk berupa dengan label bantuan untuk masalah kemiskinan. Dalam konfigurasi yang paling nyata terbukti bahwa isu global tetap dianggap mendatangkan kekawatiran meskipun yang memproduksi adalah bangsa Barat terkait dengan tamak industrialisasi, sehingga dalam hal mencari pengakuan selalu mengajak.

Timur untuk memikirkan bersama karena pada saat ini Timur dimaklumatkan sejajar dengan Barat. Berbeda khususnya bangsa Timur dalam menghadapi isu global ternyata harus dijalankan dengan rasa hatihati dan ada kesadaran yang tinggi, termasuk juga dalam hal mencari pengakuan adalah mulai diupayakan dengan bentuk asosiasi misalnya hubungan Selatan – Selatan yang tidak lain adalah sesama bangsa Timur.

Bahkan lebih mini regiosentris adalah seperti ASEAN atau kerjasama  sesama bangsa Asia Tenggara. Sikap Kehati-hatian bangsa Timur dalam merespon global dalam bentuk yang paling nyata misalnya mengutamakan pentingnya nasionalisme dan juga dalam pelakasanannya terejawantahkan dalam bentuk ketahanan Budaya karena hal itu disadari sebagai modal kultural yang dianggap mampu memfilter globalisasai. Sejalan dengan ketahanan budaya tersebut dapat tersikapi sebagaimana mendekonstruksi
dengan istilah glokalisasi yang dalam hal ini diartikan berwawasan global boleh tetapi bertindak dan bersikap tetap lokal karena sesuai dengan kontek kebangsaan yang telah dibangun sekian lama.

Salah satu sisi ketahanan budaya yang layak ditawarkan sebagai modal kultural atau dalam bentuk minimal sebagai refleksi serpihan ideologi dalam hal ini adalah batik karena keberadaannya telah lama sebelum berdirinya negara Republik Indonesia dan kelangsungannya juga berperan memberi identifikasi atau jatidiri kepada bangsa atau negaranegara lain.

Bertolak dari perjalanannya batik telah melewati narasi besar yang boleh diambil suri keteladannya karena pertama-tama yang menjadi masalah apakah batik itu betul-betul ciptaan bangsa Indonesia yang dahulu bernama Nusantara atau sama sekali bukan ciptaan kita. Dugaandugaan itu yang membenarkan juga ketika terjadi saling berebut paten dalam pengakuan hak cipta batik ternyata semula belum atau tidak menyebutkan label nama kita. Apabila harus mengkaji sumber informasi historis juga ada dugaan-dugaan yang sifatnya simpang siur karena ada yang mengatakan tradisi batik prosesnya dimulai dari India kemudian berkembang ke Mesir dan juga ke Cina, Jepang, dan Asia Tenggara
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar:

Posting Komentar