Jumat, 20 September 2013






''Batik adalah karya seni Indonesia. Sebuah karya seni yang diekspresikan di atas kain,'' begitulah ungkapan almarhum Naomi salah satu seniman batik LASEM. Batik, katanya menegaskan, tidak sekadar menorehkan cat di atas kain, tetapi lebih sebagai ekspresi pembatiknya. ''Inilah seninya. Setiap karya batik itu memiliki makna sendiri-sendiri. Batik kricak menggambarkan bagaimana susah dan pedihnya masyarakat Indonesia saat dijajah selama lebih dari tiga setengah abad.''

Awalnya, Naomi  tidak begitu suka dengam membatik batik. ''Jenuh. Dari pagi hingga malam yang dilihat cuma itu-itu saja.'' Tetapi lambat laun, ia malah mencintai dan mengagumi batik, khususnya batik Laseman yang kemudian banyak dikembangkannya.

Menurut ceritanya, batik Laseman dibuat sejak tahun 1917-an. Batik klasik itulah yang ia repro untuk batiknya. Ia konsisten mengembangkan batik tulis klasik ini, padahal menurutnya jauh dari laku, sehingga para pengrajin batik umumnya lebih memilih membuat batik kontemporer dengan menggunakan printing.

Kendati kesulitan memasarkannya, namun perempuan yang pernah kuliah di Sekolah Tinggi Reformet Injil Surabaya (STRIS) ini tetap bertekad menjaga dan melestarikan batik tulis klasik Laseman itu.

Kini, Naomi telah tiada. Ia pergi dengan komitmennya melestarikan warisan budaya bangsa. Namun, masih ada kegundahan hatinya waktu itu yang harus diteruskan oleh generasi penerus saat ini, yaitu mempersiapkan regenerasi para pembatik nasional.

0 komentar:

Posting Komentar