Rabu, 25 September 2013



Motif dari batik jawa hokokai dihasilkan dengan teknik tulis yang berupa kain panjang dipola pagi-sore (yaitu kain batik yang terbagi dua oleh dua motif yang bertemu di bagian tengah kain secara diagonal) sebagai solusi kekurangan bahan baku kain katun di masa itu. Konon sejarahnya  zaman itu memang zaman susah (konon begitu riwayatnya).

Pola batik pagi-sore bukan sepenuhnya muncul dari kemunculan Batik Hokokai itu sendiri. Menurut sebuah literatur, pola kain batik pagi-sore juga dibuat pada tahun 1930 pada Batik Pekalongan. Dengan kain pagi-sore, efisiensi pemakaian menjadi salah satu tujuan karena selembar kain bisa dipakai untuk dua kesempatan dengan motif berbeda. Warna yang lebih gelap biasanya dipakai di bagian luar untuk pagi dan siang hari, sementara bagian yang berwarna pastel dipakai pada acara malam hari.

Lazimnya, batik jenis ini dikerjakan oleh lebih dari 10 orang yang masing-masing mempunyai peranan dalam hal proses pembatikan yang berbeda. Pengaruh batik ini sangat terasa pada batik-batik di pesisir utara Jawa Tengah.

Batik Hokokai adalah salah satu contoh gaya batik yang paling banyak berisi detail, menggabungkan ciri pagi-sore, motif terang bulan, dan tanahan Semarangan. Batik Hokokai menggunakan latar belakang yang penuh dan detail yang digabungkan dengan bunga-bungaan dalam warna-warni yang cerah. Motif terang-bulan awalnya adalah desain batik dengan motif segi tiga besar menaik secara vertikal di atas latar belakang yang sederhana.


Motif yang mendominasi lainnya pada Batik Hokokai diantaranya adalah bunga. Yang paling sering muncul adalah bunga sakura (cherry) dan krisan, meskipun juga ada motif bunga mawar, lili, atau yang sesekali muncul yaitu anggrek dan teratai.


Hampir semua Batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi dengan misalnya motif bunga padi.

0 komentar:

Posting Komentar