Selasa, 27 Agustus 2013





TEMPO.CO, Jakarta - Dengan memakai semboyan BATIK (Bersih Aman Tertib dan Komunikatif), Kota  Pekalongan yang dipimpin Wali Kota Dr HM Basyid Ahmad dan Wakilnya HA Alf Arslan Djunaid, SE, tidak pernah berhenti menggali potensi yang dimiliki.

Selain batik sebagai kekuatan, sektor perikanan juga terus dikembangkan. Tak heran, jika Kota Pekalongan tidak hanya dikenal sebagai Kota Batik, namun juga Kota Minapolitan.

Pekalongan terus melakukan mencoba berbagai terobosan dilakukan hingga membuahkan beragam penghargaan baik lokal maupun internasional. Di antaranya, Museum Batik menjadi salah satu dari enam museum terbaik di dunia, serta diakuinya batik sebagai warisan budaya tak benda. Dalam upaya penataan pemukiman  kumuh, mendapatkan penghargaan dari UN Habitat, sebuah badan di bawah naungan PBB. Penghargaan Adipura dan Upakarti pun berhasil diraih. Memasuki usia ke-107 pada 2013 ini, Kota Pekalongan mendaftarkan diri menjadi Kota Kreatif Dunia di samping Solo, Yogyakarta, dan Bandung, yang dicanangkan UNESCO. Pemkot telah menjalin kerja sama dengan tiga kota Kreatif Dunia dalam kategori kota kerajinan dan seni rakyat, yang meliputi Incheon (Korea Selatan), Kanzawa (Jepang) dan Santa Fe (USA). Dengan upaya ini diharapkan Kota Pekalongan bisa menjadi jaringan kota dunia, sehingga mudah untuk meningkatkan perekonomiannya.  

0 komentar:

Posting Komentar